Showing posts with label ceracau. Show all posts
Showing posts with label ceracau. Show all posts

Sunday, 3 November 2024

Ngeblog Lagi

 



Halo! Apa kabar?
Sudah lama sekali tidak bersua di sini. Teruntuk kamu yang kebetulan (masih) mengunjungi laman ini, semoga dalam keadaan baik, bahkan luar biasa. ^^

Belakangan ini, rasanya lumayan kewalahan dengan dunia maya yang begitu sibuk. Video TikTok, reels Instagram, komunitas marah-marah X, dan lalala lainnya. Terlalu banyak stimulasi itu melelahkan sekali. Makanya saya memutuskan untuk menyepi dengan main game, baca buku, dan bacain blog.

Main game apa?
Saya sebenarnya bukan penggemar game, tapi sesekali pingin dan mau juga main game. Nah, pas pulang kampung kemarin, saya ketemu adik saya yang lagi giat main game CapybaraGo!. Jadilah saya ikutan download dan setelah coba main, seru juga. "Seru" di sini berarti game-nya tidak menguras energi, tidak memacu adrenalin, dan tidak "ambis". Pokoknya sejauh ini game-nya chill, jadi saya masih cocok dan masih main. Haha ... bingung, ya? Kapan-kapan bahas pov saya soal game ini, deh.

Baca buku apa?
Tahun ini kayaknya tidak banyak baca buku. Baca buku anak-anak untuk kebutuhan kerjaan jalan terus. Tapi, baca buku untuk diri sendiri sampai selesai sepertinya bisa dihitung jari. Nah, kemarin pas nemenin Firman tes CPNS di NAM Centre, memutuskan buat nggak main hp, tapi baca buku aja. Saya bawa dua buku, yaitu Happy Money-nya Ken Honda dan Feel-Good Productivity-nya Ali Abdaal. (Tahun ini memang sedang tertarik baca buku nonfiksi.) O iya, dua buku itu udah setengah jalan di baca. Nah, pas nunggu kemarin berhasil nyelesaiin Happy Money dan dapet beberapa lembar Feel-Good Productivity.

Baca blog siapa?
Dulu, ada beberapa blog yang rajin saya kunjungi. Tapi pas ngecek beberapa waktu lalu, sebagian besar sudah tidak aktif. Bahkan ada yang blognya sudah nggak bisa ditemukan lagi. Namun, untungnya masih ada blog yang saya ngerasa cocok, yang masih hidup, yaitu blognya Kak Puty (told.byputy.com) dan Kak Annisa Steviani (annisast.com).

So, what?
Blogwalking ternyata jadi opsi menyenangkan untuk slowing down di dunia yang super sibuk ini. Gampangnya, baca blog itu masih seru dan cocok jadi pilihan kegiatan biar nggak overwhelmed. Lalu, karena belakangan jadi rajin baca blog, kok, jadi kangen ngeblog juga, ya. Tring .... Jadilah tulisan ini. Selanjutnya mungkin bakal bawel alias menceracau lagi di sini. Semoga, ya. Hihi.

See you.



Palmerah, 11/4/2024.
10:11

Sunday, 19 January 2020

Pindah

source: pixnio.com


Perjalanan hidup membelokkan ke nasib di mana saya harus ngekos lagi di penghujung tahun 2019 lalu. Saya menyepakati nasib dengan kesempatan tak terduga yang ditawarkan dengan agak tiba-tiba di akhir dekade.

Saya bersemangat meski tidak sepenuhnya. Pikiran dan perasaan saya diselimuti berbagai macam rasa. Barangkali karena bagi saya, urusan pindah tidak pernah mudah.

Beruntungnya, saya tidak punya banyak waktu untuk tenggelam pada euforia atau perasaan yang bersengkarut. Bahkan, untuk berkemas pun saya merasa tidak punya cukup waktu.

Saya pikir, pernah ngekos sebelumnya semasa SMA dan kuliah sudah lumayan cukup dijadikan bekal. Pindah kali ini mungkin lebih mudah. Toh, sebelumnya juga saya sudah pernah tinggal di luar rumah. Terpisah dari keluarga dan semuanya baik-baik saja. 

Saya sudah beberapa kali pindah kota untuk ngekos sendiri. Entah dalam jangka waktu cukup panjang sekian tahun, atau hanya sekian waktu itungan bulan. Kadang ada kendala, sering pula hadir rindu. Namun, sekali lagi, semuanya bisa dikuasai.

Pengalaman kemarin-kemarin sungguh sempat membuat saya merasa sudah cukup dengan suka dan duka tinggal sendiri. Jadi, saya pikir kali ini tidak akan berbeda. Saya akan baik-baik saja. Namun, setelah dijalani, ternyata saya salah.

Rupanya, pindah masih saja terasa susah. Hidup di tempat baru tidak semuanya seru. Saya menjadi tidak yakin apakah suatu saat nanti bisa mahir dalam hal-hal seperti ini.

Sekarang, sewaktu menulis ceracauan ini, saya sudah baik-baik saja. Saya mulai menikmati, bahkan berbahagia di ibu kota.

Saya hanya ingin mencatat untuk mengingat. Bagaimana saya mendapatkan pelajaran berharga tentang arti sendiri dan sendirian.

Dan rasanya sendirian itu menyedihkan.


Cipayung,
190120
17.29



Wednesday, 1 January 2020

Pertama Kali Menghadapi Banjir di Jakarta



Tanggal satu Januari 2020, saya bangun kesiangan. Pagi hari jam biologis membuat saya terjaga. Namun, hujan deras membuat saya memilih kembali meringkuk di balik selimut. Libur bekerja dan hujan yang turun adalah kombinasi yang saya peralat untuk melegitimasi bahwa saya boleh bermalas-malasan.

Saya lupa akhirnya beranjak bangun pukul berapa, tapi hari masih hujan. Ada beberapa pesan masuk. Di antaranya menanyakan apakah saya baik-baik saja. Apakah daerah saya aman dari banjir.
Saya bangun tidur dengan sehat dan selain derai hujan, tidak ada kegaduhan apa pun di sekitar saya. Maka, dengan santai saya mengabari bahwa semua baik-baik saja. Kosan saya aman dari banjir.

Wednesday, 25 September 2019

Selepas Lulus



Saya tidak lahir di sini, di tempat tinggal orang tua saya yang sekarang, melainkan di kampung halaman ibuk. Namun begitu, saya tidak melalui masa balita di sana, tetapi di sini, di kampung halaman bapak. Di sini, pendidikan TK nol kecil, nol besar sampai sekolah dasar saya tempuh sampai tamat. Di jenjang selanjutnya, yakni SMP saya bersekolah di kecamatan sebelah yang jaraknya sekitar dua puluhan menit jika ditempuh menggunakan sepeda motor. Sewaktu SMA saya sekolah di kota kabupaten. Lalu saya berkuliah di sebuah kampus negeri di Solo. Setelah pendadaran dan dinyatakan lulus, saya pulang kampung meski masih sering bolak-balik mengurus revisi dan wisuda.

Rentang waktu sejak selesai revisian hingga akhirnya wisuda cukup lama, dan yang saya lakukan adalah melakukan banyak hal yang hanya bisa dilakukan saat saya ada di rumah seperti berkebun dengan asiknya, membantu ibuk memasak, makan bersama keluarga dalam satu meja, dan banyak hal lainnya yang telah sangat saya rindukan. Untuk sekadar bertahan hidup dan membayar asuransi kesehatan, saya mengerjakan proyek kecil-kecilan mulai dari proyek pribadi semacam kriya dan penyuntingan, hingga proyek milik ibuk dengan membantu mengurus pesanan, menyiapkan kalau hendak pameran, atau kadang ikut serta juga dalam perlombaan. Kalau diingat-ingat, bahkan saya sempat mengikuti kelas tata boga dan mendapat bantuan alat dan sertifikat. Saya pribadi merasa masa "nganggur" kemarin itu tidak "nganggur-nganggur" amat, apalagi sia-sia. Saya merasa mendapat banyak hal tak terduga dan yang pasti saya bahagia.

Tuesday, 1 January 2019

Dua Puluh Delapan Belas


terkadang kita lebih gemar berkutat dengan akhir,
lupa bahwa akhir selalu merupakan awal,

atau hanya saya?

Sunday, 11 November 2018

Tentang Cita-Cita dan Doa Malam Ini


Apa cita-citamu sewaktu kecil? Apa cita-citamu sekarang? 
Makin menua, apa-apa mungkin memang jamak terasa mengabur.

*

Wednesday, 18 July 2018

Perpisahan yang Menyenangkan



Meski sudah berkali-kali menemui perpisahan, saya baru sadar bahwa sampai mati nanti manusia akan senantiasa menghadapinya. Orang datang dan pergi sewaktu-waktu, sampai terkadang kita tidak sadar jika hal-hal mewujud sesuatu yang terjadi untuk terakhir kalinya.

Saturday, 31 March 2018

Hal-Hal Baik

Dua ribu delapan belas sudah tiba di Maret. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak berekspektasi apa-apa. Namun, sayang manusia tidak pernah bisa benar-benar terbebas dari harapan yang mewujud sebentuk bayangan ideal dalam benaknya. Pada akhirnya manusia akan selalu mencecap getir tatkala menghadapi hal-hal yang tidak seirama dengan nuraninya. Sebagai seorang yang telah sekian lama memilih dan melatih diri untuk hidup tanpa ambisi macam-macam, saya merasa dunia kini terlampau bising.

Friday, 18 August 2017

Peduli

Sebenarnya apa sih makna peduli? Apakah seseorang bisa disebut peduli karena misalnya sudah membantu secara materi dengan berdonasi buat orang lain yang membutuhkan? Apakah peduli itu sesederhana mengeluarkan uang seikhlas kita buat orang lain? Atau jauh lebih sederhana lagi, sesederhana kita turut merasa sedih atau kasihan atas musibah yang menimpa orang lain, lalu syukur-syukur tergerak buat berdonasi?

Kenapa ya, kalau saya berpikir tentang kepedulian, ujung-ujungnya larinya ke soal materi. Peduli itu nggak cuma sekadar berempati lalu selesai, tapi perlu aksi nyata. Nah, aksi nyatanya itu apa? Bantuin yang lagi kesusahan. Bantunya via apa? Karena orang sekarang sibuk-sibuk, paling gampang dan nggak pake ribet yang kasih aja sumbangan. Kelar. Kita udah dianggap sebagai orang yang memiliki kepedulian.

Friday, 7 July 2017

Alasan


Mengapa saya melakukan perjalanan?

Seumur hidup saya kemarin-kemarin, jika ditanya demikian barangkali saya akan kebingungan. Namun, pada akhirnya saya tidak bingung karena tidak ada yang mengajukan pertanyaan tersebut sampai kemarin saya menanyakannya sendiri ke diri saya.

Wednesday, 12 November 2014

Rindu


Pagi tadi, sembari menuju kampus, kepala saya merangkai sesuatu yang rencananya hendak ditulis di sini. Namun, entah. Hingga detik ini saya berusaha mengingatnya tetapi belum atau tidak berhasil.

Barangkali, saya memang harus menulis tentang sesuatu yang terus berlarian dalam benak beberapa waktu terakhir.


Laut.

Ya. Laut.

Saya merindukan laut.

Barangkali, rindu memang tidak hanya milik segala yang tercintai.

Namun, juga untuk semua yang berarti.

Laut.

Laut.

Demi laut. Agaknya saya harus meminta maaf untuk sesuatu yang sudah menari bersama. Namun, justru hilang begitu mudahnya.




November kedua belas, Bapak, dan laut yang tengah ter-rindukan.

Selamat malam.

N.B. Jadi, laut, kapan baiknya kita berjumpa?



Monday, 18 August 2014

Melarung Mei




Sudah Agustus pertengahan akhir. Padahal, sebenarnya saya sudah menulis judul ini sejak Juni paling awal.

Sunday, 15 June 2014

Cerita Tanpa Usai





Buat Bapak, yang senantiasa mengajarkan saya bagaimana membaca mata angin.

utara itu pada 0 derajat

Bapak ingat? Apa yang selalu saya tunggu-tunggu saat siang menjelang sore hari? Sewaktu masih di taman kanak-kanak dan awal sekolah dasar saya selalu tidak sabar menunggu Bapak pulang mengajar. Sebab Bapak tidak pernah lupa membelikan buku mewarnai dan majalah anak-anak edisi terbaru.

timur laut, 45 derajat antara utara dan timur

Bapak ingat? Bapak tidak pernah memaksa saya untuk menelan rupa-rupa daging yang tidak pernah bisa saya lakukan. Namun, walau saya menangis, Bapak lebih memilih untuk membuat saya tetap tinggal di rumah daripada berangkat sekolah tanpa sarapan.

Thursday, 15 May 2014

Mei di Jawa Tengah, Terimakasih



PEKSIMIDA Jateng di UMP, 10 Mei 2014

Mei bergerak cepat. Rasanya April masih berkutat di hari-hari tuanya saat saya tidak sengaja membaca pengumuman tentang seleksi seni tingkat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bagi yang lolos seleksi tersebut nantinya berhak mewakili kampus ke PEKSIMIDA Jawa Tengah 2014. Pekan Seni Mahasiswa adalah agenda yang rutin digelar setiap dua tahun sekali. Untuk daerah Jawa Tengah tahun ini bakal digelar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Monday, 31 March 2014

Let It Flow (?)


Pernah menyesal?


Sampai detik ini, apa penyesalan terbesar dalam hidupmu?


*

Friday, 21 March 2014

Hanya Perkara Ke(biasa)an



Rabu, 19 Maret 2014 (20:17)

Sejenak saya memejamkan mata dan berharap sekejap kemudian hari Jumat pukul sebelas siang muncul di pelupuk. Mengapa Jumat pukul sebelas? Sebab waktu itu kuliah resmi berakhir untuk minggu ini. Kemudian, tanpa buang waktu lagi saya akan langsung ambil langkah menuju depan kampus. Dengan tidak sabar menunggu bus jalur Surabaya-Yogyakarta yang tentunya melaju ke arah Yogyakarta.

Akan tetapi, kenyataannya tentu saja tidak demikian. Hari ini masih Rabu malam Kamis. Seperti biasa saya masih termangu di kamar kos dengan kipas angin mini yang tidak harus membuat saya mendengar suara gaduh kaki-kaki yang menapak di lantai atas. Di hadapan saya terhampar hampir semua hal yang harus saya urus minggu ini. Revisi makalah makul Teori Sastra, bundel tebal materi makul Morfologi Bahasa Indonesia yang harus segera diringkas, melengkapi catatan makul Pendidikan Pancasila, tugas untuk bahan ujian lisan makul Bahasa Arab, dan hal-hal lain di luar urusan mahasiswa-dosen. Cukup banyak yang harus segera saya selesaikan, namun saya justru membeku. Tidak tergerak apalagi bergerak untuk menyambar. Saya hanya ingin satu; pulang.

Friday, 14 February 2014

Perbedaan antara Durkheim dan Weber (?)

Minggu pertama kuliah, Selasa lalu, akhirnya saya ketemu salah satu dosen baru di semester dua ini. Sebetulnya dalam jadwal ada tiga mata kuliah hari itu, yaitu:

Pendidikan Pancasila
Teori Sastra
Bahasa Belanda

yang kemudian menjadi

Pendidikan Pancasila
Teori Sastra
Bahasa Belanda

Yap, yang dihadiri dosen hanya satu, yaitu mata kuliah Teori Sastra.

Mata kuliah ini diampu oleh dua dosen; yang satu sudah mengajar di semester satu dan yang satunya baru bertemu di semester ini. Untuk pertemuan pertama, keduanya hadir namun yang mengajar adalah dosen baru, dosen satunya hanya mendampingi dari kursi bagian belakang.

Di bagian awal, seperti biasa setelah membicarakan kontrak perkuliahan, buku referensi, dan teman-temannya itu, dosen mulai masuk ke materi kuliah yang diawali dengan pertanyaan apa itu sastra?

Skip, karena saya nggak mau ceramah tentang pengertian sastra. Hehe..

Singkat kata, seperti judul yang saya tulis di atas, saya "dipertemukan kembali" dengan nama-nama yang tentu saja sudah tidak asing lagi di telinga saya. Ya, Durkheim dan Weber.

Slide dengan judul Sastra dan Struktur Sosial mengantarkan saya untuk kembali mengingat dua tokoh itu. Dalam pembahasan bahasa ke dunia sosial dalam slide tersebut tertulis beberapa kalimat yang salah satunya kira-kira begini; bahasa sebagai indikator dari keberadaan realitas sosial yang terlepas dari individu (Durkheim). Saat pembahasan dosen tersebut sampai pada kalimat ini, tiba-tiba beliau bertanya, "Tau kan bedanya Durkheim sama Weber?"

Saturday, 8 February 2014

People Change



Jujur, sebenarnya saya tidak terlalu suka melihat konser. Namun, saya punya cita-cita menonton konser. Lho?

Hehe. Iya, konsernya Sheila On 7, Payung Teduh, Mocca, atau MYMP. Pokoknya yang semacam itu dengan catatan konsernya indoor. Yap, indoor karena entah sejak kapan saya jadi suka parno kalo berada di kerumunan banyak orang di tempat terbuka yang manusia-manusianya tidak terkontrol dan bisa semaunya sendiri.

Tuesday, 28 January 2014




Tuesday, 14 January 2014

Memang Ada Masanya Saya Harus Berhenti Membaca


Saya senang atau dapat dibilang "lega" sekali saat menemukan tulisan Bernard Batubara  ini di bisikanbusuk.com. Pertama kali 'nyasar' ke web milik seorang penulis yang sudah pernah saya baca salah satu karya novelnya, saya tidak bisa langsung melewati sebuah artikel berjudul Ada Masanya Kau Harus Berhenti Membaca begitu saja. Artikel itu kemudian saya baca sampai tamat. Setelah selesai membaca, saya seolah blank, speechless, atau apalah. Intinya perasan semacam itulah yang saya rasakan untuk beberapa saat kemudian.
THEME BY RUMAH ES