Showing posts with label review. Show all posts
Showing posts with label review. Show all posts

Monday, 6 January 2020

HOSPITAL SHIP (2017)

source: soompi


Hospital Ship
agaknya menjadi k-drama kedua tentang dunia medis yang saya tonton. K-drama pertama yang bahkan chemistry-nya masih cukup saya ingat sampai saat ini adalah The Doctors. Saya begitu menyukai sosok Kim Rae-won dan Park Shin-hye di sana. Meski samar, tapi kisah k-drama satu itu kadang masih terngiang.

Sewaktu melihat poster Hospital Ship, hal pertama yang saya ingat adalah The Doctors.  Bisa dibilang, saya tertarik menonton Hospital Ship karena The Doctors cukup membekas dalam benak saya.

Sunday, 11 June 2017

Ngomongin Ziarah, Masa Tua, dan Generasi Mager



Akhirnya nonton Ziarah.  Tulisan di sini nggak akan ngebahas atau ngereview film karya BW Purba Negara itu (meski bakal dipost di bawah label review juga), literally dari segi perfilman atau apalah itu namanya. Di sini saya cuma akan berbagi perasaan saya setelah nonton film lokal tersebut. Barusan saya cek di webnya XXI sih di Solo filmnya udah nggak tayang. Kalau kemarin udah pada nonton, mungkin bisa lebih nyambung.

Pertama tau film ini kalau nggak salah dari berita sekilas di TV yang ngabarin kalau seorang nenek usia 95 tahun jadi nominator aktris terbaik AIFFA 2017. Di berita itu ditampilin cuplikan trailer Ziarah pas adegan nenek yang memerankan tokoh Mbah Sri ini sedang dalam perjalanan di bus. Pikiran pertama yang terlintas, gatau kenapa saya mikir “ini film Cina apa gimana”. Tapi setelah lihat trailer filmnya secara utuh saya baru paham kalau film ini seratus persen film Indonesia dan seratus persen make bahasa pengantar bahasa Jawa. Dari trailer itu juga samar-samar saya seperti merasa nggak asing dengan setting dan dialek Jawanya. Dan ternyata nih ternyata, lokasi syutingnya emang sebagian di Gunungkidul. Sebagian lagi di Wonogiri, Boyolali, (dan lupa di mana lagi). Which is, itu daerah saya familiar semua. Bahkan Mbah Ponco Sutiyem (pemeran Mbah Sri) itu orang asli Gunungkidul. Makanya nggak heran kalau istilah bahasa Jawanya pun plek-plekan kaya yang biasa saya pake. Bahkan di dalam salah satu dialog muncul juga istilah “wangun” yang biasanya kalau istilah itu saya pakai ketika di Solo, teman-teman saya pada bingung. Wangun itu artinya semacam ‘pantas’ atau ‘patut’. Oke, skip.

Jadi, awalnya saya nonton film ini karena beberapa alasan. Pertama, karena mungkin saya baper sebab film itu that’s must be Gunungkidul banget, yang mana udah jadi kampung halaman saya. Kedua, karena tokohnya adalah seorang wanita yang sudah sangat tidak muda. Ketiga, karena ini film lokal yang kayaknya nggak terlihat semata-mata berorientasi duit banget-bangetan. Kelima, karena saya hampir yakin film ini bakal dibahas di kelas oleh salah satu dari sangat sedikit dosen keren saya buat didiskusikan, sekalipun saya sudah nggak menghadiri kelasnya lagi. Tapi entah kenapa dalam hati saya senang aja kalau nggak kalah referensi filmnya dari beliau. Keenam, saya baca berita kalau bupati Gunungkidul dan serombongan petani wanita ramai-ramai nonton bareng di XXI Empire Jogja. Saya makin penasaran aja jadinya. Kenapa gitu.

Sunday, 28 June 2015

Menyimak Impian dan Kenyataan (Review Of Mice and Men karya John Steinbeck)



Judul                          : Of Mice and Men: Tragedi Hidup Manusia
Penulis / Penerjemah  : John Steinbeck / Shita Athiya
Jumlah Halaman         : 150 + XX
Tahun Terbit               : September 2011 (Cetakan Pertama)
Penerbit                      : Selasar Surabaya Publishing
ISBN                            : 978-979-25-9413-3

Ini buku Steinbeck kedua yang saya miliki, tetapi adalah yang pertama saya baca. Karya Steinbeck yang lain –yang saya beli jauh sebelum buku ini ialah Amarah atau dalam judul aslinya, The Grapes of Wrath.

Tuesday, 30 July 2013

Ngomongin Draf 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu



Judul : Draf 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu
Pengarang : Winna Efendi
Penerbit : Gagasmedia
Tahun Terbit : 2012


SINOPSIS
Menulis itu susah? Banget.
Terutama kalau kita nggak punya komitmen kuat dan disiplin untuk itu.

Truth to be told, menulis itu gampang-gampang susah. Terkadang terasa mudah dan menyenangkan, apalagi jika ide mengalir selancar air. Namun, menulis juga dapat terasa sulit karena tanpa teknik yang benar dan loyalitas untuk kembali ke halaman-halaman yang belum rampung, tulisan kita akan terus tidak selesai atau menjadi sebaik yang kita inginkan.

Selama ini, banyak sekali teman yang bertanya kepada saya:

- Gimana sih, caranya menulis fiksi yang enak dibaca?
- Bagaimana caranya menciptakan konflik yang nggak klise?
- Gimana caranya menulis cerita dari awal sampai akhir?
- Ceritaku mandek dan nggak kelar-kelar, gimana ya supaya aku bisa menyelesaikannya?
- Bagaimana cara mengirimkan naskah ke penerbit, dan apa yang bisa kita lakukan supaya naskah tersebut 'dilirik'?
- Lalu, prosedur penerbitannya bagaimana?

Bagi kalian yang ingin tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, well, this book might be the one for you.

Dan, mari bersama-sama menikmati proses menyenangkan menulis naskah fiksi pertamamu.


*

Sebelumnya saya baru membaca dua novel karya Winna Efendi yang berjudul Unforgettable dan Refrain (semoga kapan-kapan bisa baca semuanya,hehe). Dua-duanya bagus. :) Sekarang giliran karya Winna Efendi yang nonfiksi tentang panduan menulis yang akan saya selami. Mari. :)

Pertama kali membuka-buka buku ini sudah langsung tertarik sama gambar-gambar ilustrasinya yang simple dan pas. Saat mulai membaca nggak bisa lepas. Jalan terus sampai nggak nyadar tau-tau udah hampir habis. Padahal ini jelas-jelas bukan novel kan ya? hehe. Mungkin karena pembawaannya yang mengalir dan ringan jadi mudah dan menarik untuk terus diikuti sampai akhir bagian.

Setelah rampung baca sampai akhir buat pertama kalinya, buku ini jarang balik ke tampatnya. Alasannya tidak lain karena malas bongkar pasang, tarik-selip buku ini ke rak. Ya, buku ini sering saya buka-buka lagi, biasanya kalau pas lagi stuck menulis atau sampai ke step berikutnya. Ini nih yang bikin saya suka banget sama buku ini, yaitu karena pembahasannya kronologis. Runtut mulai dari persiapan awal, tahap penulisan, editing, pengiriman naskah, naskah diterima atau ditolak dan lain-lain. Jadi buku ini bakalan mendampingi proses kita-kita (penulis pemula) yang tentu saja lagi berproses menulis secara urut dari awal sampai akhir.

Winna Efendi membagikan teknik menulis (yang tentu saja dari pengalamannya sebagai penulis selama ini) dengan bahasa yang gampang dicerna dan detail. Tak lupa, lengkap dengan contoh (beberapa dikasih refrensi nyata juga), ada kolom latihannya juga (meski kolomnya sempit, tapi nggak masalah karena walaupun lebar juga nggak bakalan saya coret-coret buku beginian, sayang, hehe :p), bertaburan quote of the day yang bikin semangat, diasih juga writer checklist yang bisa kita dipakai untuk memeriksa kesiapan kita untuk materi yang lagi dibahas apakah udah siap untuk lanjut ke step berikutnya apa belum dan diujung tiap bab dikasih juga kesimpulan biar lebih mantep.

Intinya saya sangat sangat sangat suka dan terbantu sekali dengan adanya buku ini.

Terimakasih banyak untuk Mbak Winna Efendi yang sudah menulis Draf 1: Taktik Menulis Fiksi Pertamamu by Winna Efendi. :) Sukses!

Monday, 29 July 2013

Ngomongin When Author Meets Editor



Judul : When Author Meets Editor (Cara Jitu Jadi Pengarang Novel Laku)
Pengarang : Luna Torashyngu & Donna Widjajanto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012

SINOPSIS

Sejak 2005, terjadi booming pengarang di dunia fiksi Indonesia. Mendadak banyak yang bisa menjadi pengarang fiksi. Mendadak muncul nama-nama baru yang langsung melesat jadi bintang. Mendadak pula, banyak yang ingin menjadi pengarang fiksi. Bukan hanya karena bisa dipuja-puji penggemar, tampil di sana-sini, dan menang penghargaan ini-itu, tapi juga karena ternyata bisa menghasilkan uang.

Apakah kamu punya mimpi yang sama?

THEME BY RUMAH ES