Era teknologi secara dinamis bergerak menyentuh berbagai sendi
kehidupan. Teknologi internet yang dibarengi pesatnya perkembangan gawai
misalnya, memiliki pengaruh yang cukup signifikan di ranah kesusastraan
Indonesia kini. Di zaman yang serba cepat dan praktis, masyarakat kebanyakan
mulai memiliki kecenderungan budaya “sekali sentuh”. Hampir semua aktivitas
diakomodir untuk dapat dilakukan dalam sekali sentuh melalui aplikasi yang
diunduh di gawai. Misalnya, orang saat ini tidak perlu keluar rumah mencari
transportasi umum secara manual karena telah ada sarana aplikasi ojek dan taksi
daring, atau dengan mudahnya orang
dapat menjual atau membeli barang secara daring pula via platform jual beli. Dalam hal ini, ranah literasi pun tidak
ketinggalan. Setelah teknologi e-book atau
buku digital mulai muncul beberapa
tahun lalu, belakangan mencuat sebuah media sosial wattpad yang memungkinkan orang untuk menulis, membaca,
mengomentari, serta memberikan penilaian atas
tulisan.
Syarat dan ketentuan
penggunaan wattpad sangat mudah.
Siapa saja bisa menulis, mengunggahnya di wattpad,
kemudian mendapat timbal balik dari pengguna lain (pembaca). Fitur-fitur wattpad juga terbilang menarik, antara
lain, sebuah tulisan yang diunggah dapat dilacak telah dibaca berapa kali.
Selain itu, dari penilaian yang dapat diberikan oleh antarpengguna, dapat
diketahui pula peringkat sebuah tulisan.
Wattpad sendiri didirikan
pada tahun 2006 dan dirilis secara luas pada tahun 2009 secara bertahap. Aplikasi
besutan sebuah perusahaan asal Kanada ini konon disebut sebagai satu-satunya
media berkonten teks terbesar saat ini dengan jumlah pengguna lebih dari empat
puluh juta dan satu juta unggahan teks per hari, serta menjanjikan akses tidak
terbatas atas jutaan konten yang dapat dibaca setiap saat secara gratis. Meski
sudah tergolong lama dirilis, namun penggunaan di Indonesia sendiri baru
benar-benar meledak belakangan ini.
Ledakan tersebut sampai
pada taraf banyaknya buku-buku yang terbit sekarang ini diangkat dari tulisan
yang sebelumnya diunggah secara berkala di wattpad.
Lebih-lebih pengarang yang muncul ialah pengarang baru, yang sebelumnya
belum pernah menerbitkan buku secara cetak. Sebut saja Erisca Febriani,
Malashantii, dan Naiqueen. Tulisan ketiganya di wattpad telah diterbitkan dalam versi cetak dan dijual di toko buku
seluruh Indonesia dengan judul masing-masing ialah Dear Nathan, Rayya, dan Tenaga
Kerja Istimewa.
Novel Dear Nathan yang
diterbitkan oleh Best Media sendiri
telah dibaca lebih dari 10,5 juta kali di wattpad
dan versi cetaknya telah meraih mega
bestseller. Novel Tenaga Kerja
Istimewa yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka juga cukup laku keras dan
menjadi perbincangan. Karya lain ialah karangan Wulan Fadi, yakni A: Aku, Benci, & Cinta dan R: Raja, Ratu, & Rahasia. Keduanya
juga merupakan tulisan yang awalnya diunggah di wattpad dan di aplikasi tersebut, masing-masing telah
dibaca sebanyak lebih dari 2,5 juta kali dan lebih dari empat juta kali.
Fenomena pembukuan
cerita dari aplikasi media sosial wattpad
ini mengingatkan pada fenomena yang sempat muncul sekitar tahun delapan
puluh sampai sembilan puluhan, yakni banyak buku-buku diterbitkan dari cerita
bersambung (cerber) yang sebelumnya telah dimuat di majalah Femina. Tidak sedikit pengarang yang
dikenal melalui majalah perempuan yang terbit sejak 1972 ini dan masih eksis
hingga sekarang. Marga T. dan Marianne H. Katoppo, misalnya, dengan novel Sebuah Ilusi dan Raumanen. Kedua novel tersebut awalnya sama-sama merupakan cerita
bersambung di Femina. Marga T sendiri
dianggap mulai dikenal sebagai novelis semenjak cerita bersambungnya yang
berjudul Bukan Impian Semusim dimuat
di Femina pada tahun 1974. Cerita
lain yang juga dibukukan setelah dimuat di Femina
ialah Amir Hamzah Pangeran dari
Seberang karya Nh. Dini.
Beberapa berpendapat bahwa Femina
merupakan media perintis lahirnya pengarang-pengarang perempuan di
Indonesia. Sebelum generasi Marga T., pengarang perempuan di Indonesia memang
belum terlihat geliatnya. Bila “mengamini” pendapat tersebut, maka dapat
dikatakan jika majalah Femina berkontribusi
besar sebagai tonggak baru dalam sejarah kesusastraan Indonesia dalam kaitannya
dengan kelahiran pengarang-pengarang perempuan. Hal ini perlu menjadi catatan
tersendiri sebagai fenomena ketika itu. Lalu, bagaimana dengan fenomena yang
terjadi saat ini?
Wattpad kini menjadi semacam media
alternatif bahkan batu loncatan bagi pengarang-pengarang baru dalam merintis
karir kepenulisannya. Seperti jamak diketahui, di era persaiangan super ketat
seperti sekarang ini, menembus penerbit mayor dengan nama yang sama sekali baru
dan belum bereputasi adalah bukan hal yang mudah. Melalui aplikasi tidak
berbayar tersebut, seorang pengarang secara sederhana dapat “memperkenalkan
diri” dan “menawarkan karya”. Meski kepopuleran tidak mesti berbanding lurus
dengan kualitas karya, namun geliat semacam ini patut diapresiasi. Bahwa
menulis dan membagikan karya adalah kesempatan milik setiap orang. Selebihnya,
seleksi alam akan menentukan, terlebih jika karya tersebut pada akhirnya
diterbitkan dan dicetak secara masal. Mana karya berkualitas dengan pengarang
yang konsisten, dan mana yang cuma timbul sebentar lalu tenggelam. Wattpad jika ke depannya masih terus
eksis seperti halnya Femina, besar
kemungkinan menjadi gawang regenerasi pengarang muda, sastrawan Indonesia masa
depan.
Dari segi dunia penerbitan, fenomena ini dapat mengindikasikan
cengkeraman budaya populer yang erat dengan bisnis semakin kuat. Satu dua
penerbit yang menyasar karya-karya yang banyak dibaca di wattpad lalu menerbitkannya, melegitimasi kualitas karya dari
banyaknya jumlah karya tersebut dibaca. Padahal, meski senada, namun karya yang
tampil di wattpad sama sekali tanpa
seleksi, tidak seperti halnya yang muncul di Femina. Hal tersebut menunjukkan betapa dunia sastra, dunia buku khususnya
sekarang ini semakin tak ubahnya dunia bisnis semata-mata.
Jika dilihat beberapa tahun belakangan, ledakan menulis di media sosial
khusus tulis-menulis semacam wattpad ini
mengingatkan pada perkembangan kesusastraan Indonesia sekitar tahun 2000-an,
yakni cyber sastra. Cyber sastra atau sastra maya dengan pro
dan kontra yang mengiringinya rupanya tidak hilang, justru dengan fenomena
sekarang ini, eksistensinya semakin mewujud nyata. Meski persoalan kualitas
tetap menjadi materi perdebatan paling utama, namun sastra maya sekarang ini
mampu membawa diri ke bentuk yang lebih konkrit. Maksudnya, karya-karya cyber sastra yang awalnya hanya
berkeliaran di dunia maya seperti di sosial media wattpad sekarang ini perlahan-lahan bentuknya diaktualisasikan dan
turut meramaikan dalam persaingan hiruk pikuk toko buku, dan dunia kesusastraan
Indonesia tentunya.
Terakhir, jika ditilik dari sudut teknologi. Bentuk fenomena ini justru
menunjukkan gejala yang unik. Saat semua bergerak ke arah digital yang serba
“sekali sentuh”, dunia buku Indonesia masih bersetia dengan bentuk buku yang
konvensional, yakni versi cetak. Meskipun buku-buku versi digital tidak sepi
peminat, tetapi rupanya buku konvensional tetap tidak lekang oleh waktu.
Indonesia dalam hal ini rupanya cukup stabil dan seimbang. Beberapa negara luar
ada yang berusaha mengerem pertumbuhan dan perkembangan buku digital demi
alasan kesehatan. Beberapa yang lain lagi ada yang justru sedang berusaha
mendorong ke arah digital demi alasan ramah lingkungan.
Di Indonesia sendiri sejauh ini belum terlihat peran pemerintah yang
signifikan dalam ranah ini, dan perkembangannya saat ini, baik digital maupun
konvensional dapat berjalan beriringan tanpa saling mengalahkan. Apakah ke
depannya Indonesia akan bergerak ke arah seperti beberapa negara pertama,
kedua, atau tidak keduanya? Mari kita lihat.[]
Referensi
http://bentangpustaka.com/index.php/berita/generasi-baru-penulis/
diakses pada Sabtu, 11 Juni 2016, pukul 23.20 WIB
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/570/Femina
diakses pada Minggu, 12 Juni 2016, pukul 08.45 WIB
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-cyber
diakses pada Senin, 13 Juni 2016, pukul 22.05 WIB
http://sriwidayati59.blogspot.co.id/2012/07/sastra-cyber-dan-sejarah-sastra.html
diakses pada Senin, 13 Juni 2016, pukul 22.06 WIB
No comments:
Post a Comment