Tuesday, 20 March 2018

Regenerasi Pengarang, dari Femina sampai Wattpad

Era teknologi secara dinamis bergerak menyentuh berbagai sendi kehidupan. Teknologi internet yang dibarengi pesatnya perkembangan gawai misalnya, memiliki pengaruh yang cukup signifikan di ranah kesusastraan Indonesia kini. Di zaman yang serba cepat dan praktis, masyarakat kebanyakan mulai memiliki kecenderungan budaya “sekali sentuh”. Hampir semua aktivitas diakomodir untuk dapat dilakukan dalam sekali sentuh melalui aplikasi yang diunduh di gawai. Misalnya, orang saat ini tidak perlu keluar rumah mencari transportasi umum secara manual karena telah ada sarana aplikasi ojek dan taksi daring, atau dengan mudahnya orang dapat menjual atau membeli barang secara daring pula via platform jual beli. Dalam hal ini, ranah literasi pun tidak ketinggalan. Setelah teknologi e-book atau buku digital mulai muncul beberapa tahun lalu, belakangan mencuat sebuah media sosial wattpad yang memungkinkan orang untuk menulis, membaca, mengomentari, serta memberikan penilaian atas tulisan.

Syarat dan ketentuan penggunaan wattpad sangat mudah. Siapa saja bisa menulis, mengunggahnya di wattpad, kemudian mendapat timbal balik dari pengguna lain (pembaca). Fitur-fitur wattpad juga terbilang menarik, antara lain, sebuah tulisan yang diunggah dapat dilacak telah dibaca berapa kali. Selain itu, dari penilaian yang dapat diberikan oleh antarpengguna, dapat diketahui pula peringkat sebuah tulisan.

Wattpad sendiri didirikan pada tahun 2006 dan dirilis secara luas pada tahun 2009 secara bertahap. Aplikasi besutan sebuah perusahaan asal Kanada ini konon disebut sebagai satu-satunya media berkonten teks terbesar saat ini dengan jumlah pengguna lebih dari empat puluh juta dan satu juta unggahan teks per hari, serta menjanjikan akses tidak terbatas atas jutaan konten yang dapat dibaca setiap saat secara gratis. Meski sudah tergolong lama dirilis, namun penggunaan di Indonesia sendiri baru benar-benar meledak belakangan ini.

Ledakan tersebut sampai pada taraf banyaknya buku-buku yang terbit sekarang ini diangkat dari tulisan yang sebelumnya diunggah secara berkala di wattpad. Lebih-lebih pengarang yang muncul ialah pengarang baru, yang sebelumnya belum pernah menerbitkan buku secara cetak. Sebut saja Erisca Febriani, Malashantii, dan Naiqueen. Tulisan ketiganya di wattpad telah diterbitkan dalam versi cetak dan dijual di toko buku seluruh Indonesia dengan judul masing-masing ialah Dear Nathan, Rayya, dan Tenaga Kerja Istimewa.

Novel Dear Nathan yang diterbitkan oleh Best Media sendiri telah dibaca lebih dari 10,5 juta kali di wattpad dan versi cetaknya telah meraih mega bestseller. Novel Tenaga Kerja Istimewa yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka juga cukup laku keras dan menjadi perbincangan. Karya lain ialah karangan Wulan Fadi, yakni A: Aku, Benci, & Cinta dan R: Raja, Ratu, & Rahasia. Keduanya juga merupakan tulisan yang awalnya diunggah di wattpad dan di aplikasi tersebut, masing-masing telah dibaca sebanyak lebih dari 2,5 juta kali dan lebih dari empat juta kali.

Fenomena pembukuan cerita dari aplikasi media sosial wattpad ini mengingatkan pada fenomena yang sempat muncul sekitar tahun delapan puluh sampai sembilan puluhan, yakni banyak buku-buku diterbitkan dari cerita bersambung (cerber) yang sebelumnya telah dimuat di majalah Femina. Tidak sedikit pengarang yang dikenal melalui majalah perempuan yang terbit sejak 1972 ini dan masih eksis hingga sekarang. Marga T. dan Marianne H. Katoppo, misalnya, dengan novel Sebuah Ilusi dan Raumanen. Kedua novel tersebut awalnya sama-sama merupakan cerita bersambung di Femina. Marga T sendiri dianggap mulai dikenal sebagai novelis semenjak cerita bersambungnya yang berjudul Bukan Impian Semusim dimuat di Femina pada tahun 1974. Cerita lain yang juga dibukukan setelah dimuat di Femina ialah Amir Hamzah Pangeran dari Seberang karya Nh. Dini.

Beberapa berpendapat bahwa Femina merupakan media perintis lahirnya pengarang-pengarang perempuan di Indonesia. Sebelum generasi Marga T., pengarang perempuan di Indonesia memang belum terlihat geliatnya. Bila “mengamini” pendapat tersebut, maka dapat dikatakan jika majalah Femina berkontribusi besar sebagai tonggak baru dalam sejarah kesusastraan Indonesia dalam kaitannya dengan kelahiran pengarang-pengarang perempuan. Hal ini perlu menjadi catatan tersendiri sebagai fenomena ketika itu. Lalu, bagaimana dengan fenomena yang terjadi saat ini?

Wattpad kini menjadi semacam media alternatif bahkan batu loncatan bagi pengarang-pengarang baru dalam merintis karir kepenulisannya. Seperti jamak diketahui, di era persaiangan super ketat seperti sekarang ini, menembus penerbit mayor dengan nama yang sama sekali baru dan belum bereputasi adalah bukan hal yang mudah. Melalui aplikasi tidak berbayar tersebut, seorang pengarang secara sederhana dapat “memperkenalkan diri” dan “menawarkan karya”. Meski kepopuleran tidak mesti berbanding lurus dengan kualitas karya, namun geliat semacam ini patut diapresiasi. Bahwa menulis dan membagikan karya adalah kesempatan milik setiap orang. Selebihnya, seleksi alam akan menentukan, terlebih jika karya tersebut pada akhirnya diterbitkan dan dicetak secara masal. Mana karya berkualitas dengan pengarang yang konsisten, dan mana yang cuma timbul sebentar lalu tenggelam. Wattpad jika ke depannya masih terus eksis seperti halnya Femina, besar kemungkinan menjadi gawang regenerasi pengarang muda, sastrawan Indonesia masa depan.

Dari segi dunia penerbitan, fenomena ini dapat mengindikasikan cengkeraman budaya populer yang erat dengan bisnis semakin kuat. Satu dua penerbit yang menyasar karya-karya yang banyak dibaca di wattpad lalu menerbitkannya, melegitimasi kualitas karya dari banyaknya jumlah karya tersebut dibaca. Padahal, meski senada, namun karya yang tampil di wattpad sama sekali tanpa seleksi, tidak seperti halnya yang muncul di Femina. Hal tersebut menunjukkan betapa dunia sastra, dunia buku khususnya sekarang ini semakin tak ubahnya dunia bisnis semata-mata.

Jika dilihat beberapa tahun belakangan, ledakan menulis di media sosial khusus tulis-menulis semacam wattpad ini mengingatkan pada perkembangan kesusastraan Indonesia sekitar tahun 2000-an, yakni cyber sastra. Cyber sastra atau sastra maya dengan pro dan kontra yang mengiringinya rupanya tidak hilang, justru dengan fenomena sekarang ini, eksistensinya semakin mewujud nyata. Meski persoalan kualitas tetap menjadi materi perdebatan paling utama, namun sastra maya sekarang ini mampu membawa diri ke bentuk yang lebih konkrit. Maksudnya, karya-karya cyber sastra yang awalnya hanya berkeliaran di dunia maya seperti di sosial media wattpad sekarang ini perlahan-lahan bentuknya diaktualisasikan dan turut meramaikan dalam persaingan hiruk pikuk toko buku, dan dunia kesusastraan Indonesia tentunya.

Terakhir, jika ditilik dari sudut teknologi. Bentuk fenomena ini justru menunjukkan gejala yang unik. Saat semua bergerak ke arah digital yang serba “sekali sentuh”, dunia buku Indonesia masih bersetia dengan bentuk buku yang konvensional, yakni versi cetak. Meskipun buku-buku versi digital tidak sepi peminat, tetapi rupanya buku konvensional tetap tidak lekang oleh waktu. Indonesia dalam hal ini rupanya cukup stabil dan seimbang. Beberapa negara luar ada yang berusaha mengerem pertumbuhan dan perkembangan buku digital demi alasan kesehatan. Beberapa yang lain lagi ada yang justru sedang berusaha mendorong ke arah digital demi alasan ramah lingkungan.

Di Indonesia sendiri sejauh ini belum terlihat peran pemerintah yang signifikan dalam ranah ini, dan perkembangannya saat ini, baik digital maupun konvensional dapat berjalan beriringan tanpa saling mengalahkan. Apakah ke depannya Indonesia akan bergerak ke arah seperti beberapa negara pertama, kedua, atau tidak keduanya? Mari kita lihat.[]


Referensi
http://bentangpustaka.com/index.php/berita/generasi-baru-penulis/ diakses pada Sabtu, 11 Juni 2016, pukul 23.20 WIB
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/570/Femina diakses pada Minggu, 12 Juni 2016, pukul 08.45 WIB
http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-cyber diakses pada Senin, 13 Juni 2016, pukul 22.05 WIB


Ditulis untuk salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Sastra (Juni, 2016).


No comments:

Post a Comment

THEME BY RUMAH ES