Dua ribu delapan belas sudah tiba di Maret. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak berekspektasi apa-apa. Namun, sayang manusia tidak pernah bisa benar-benar terbebas dari harapan yang mewujud sebentuk bayangan ideal dalam benaknya. Pada akhirnya manusia akan selalu mencecap getir tatkala menghadapi hal-hal yang tidak seirama dengan nuraninya. Sebagai seorang yang telah sekian lama memilih dan melatih diri untuk hidup tanpa ambisi macam-macam, saya merasa dunia kini terlampau bising.
Saturday, 31 March 2018
Tuesday, 20 March 2018
Tuhan, Manusia, dan Ilmu Padi
Seperti Tuhan
(Adimas
Immanuel)
Sewaktu kecil dengan suka hati kau menilai
diri
dan bertanya “apa Tuhan sepertiku?”
Setelah dewasa kau sesuka hati menilai
orang lain
dan
bertanya “apa aku seperti Tuhan?”
2014
Tuhan, adalah sesuatu
yang selalu menarik buat diperbincangkan. Pembicaraan mengenai Tuhan seolah
tiada habisnya buat diperbincangkan manusia. Seperti pengarang muda satu ini,
Adimas Immanuel yang banyak melibatkan Tuhan saat berpuisi. Salah satu puisi
yang mengajak Tuhan buat berperan ialah, karyanya yang tidak begitu panjang,
yakni Seperti Tuhan.
Puisi, Ruang Sunyi, dan Beberapa Pertanyaan
Di antara berbagai bentuk karya
sastra, selama ini puisi seolah berada di ruang yang lain dari cerpen dan
novel. Ditilik dari segi kuantitas, puisi dapat dikatakan selalu menempati
urutan terkecil. Keberadaannya bukan semacam “hidup segan mati tak mau”,
melainkan lebih seperti nyala lilin yang konstan, yang apinya tidak bisa
membesar atau mengecil seperti sebuah api unggun. Sebagai lilin dengan penikmat
yang cuma segelintir orang, puisi seolah hidup dalam kesunyian. Keberadaannya
seolah tidak untuk dirayakan beramai-ramai, seperti (lagi-lagi) api unggun.
Regenerasi Pengarang, dari Femina sampai Wattpad
Era teknologi secara dinamis bergerak menyentuh berbagai sendi
kehidupan. Teknologi internet yang dibarengi pesatnya perkembangan gawai
misalnya, memiliki pengaruh yang cukup signifikan di ranah kesusastraan
Indonesia kini. Di zaman yang serba cepat dan praktis, masyarakat kebanyakan
mulai memiliki kecenderungan budaya “sekali sentuh”. Hampir semua aktivitas
diakomodir untuk dapat dilakukan dalam sekali sentuh melalui aplikasi yang
diunduh di gawai. Misalnya, orang saat ini tidak perlu keluar rumah mencari
transportasi umum secara manual karena telah ada sarana aplikasi ojek dan taksi
daring, atau dengan mudahnya orang
dapat menjual atau membeli barang secara daring pula via platform jual beli. Dalam hal ini, ranah literasi pun tidak
ketinggalan. Setelah teknologi e-book atau
buku digital mulai muncul beberapa
tahun lalu, belakangan mencuat sebuah media sosial wattpad yang memungkinkan orang untuk menulis, membaca,
mengomentari, serta memberikan penilaian atas
tulisan.
Menunggu Lagu
Setiap
lagu-lagu berbahasa asing yang tidak Fah pahami artinya berakhir, hatinya
senantiasa berdesir. Apakah giliran lagu kesukaannya telah tiba? Ah, bukan.
Namun, Fah selalu sabar menunggu. Menanti dengan tenang di sebalik tembok kafe sembari
duduk di bangku kayu selebar dua puluh senti yang memanjang sepanjang hampir
dua meter. Kadang-kadang sambil merokok, jika Mas Yan memberi rokok. Sembari
makan jagung rebus jika Pak Abdul memberi hibah jagung sisa jualan kemarin.
Atau sembari tidak melakukan apa-apa.
THEME BY RUMAH ES