Thursday, 3 August 2017

Jalan-Jalan Random di Gunungkidul

Sebenarnya, jalan-jalan kali ini adalah dalam rangka menemani Abishena yang kuliah DKV hunting materi foto buat TA-nya. Jalan-jalannya udah bulan lalu sih, dan tugas akhirnya itu sekarang udah kelar didadar. Yeay! Selamat, Pak.

Oke, balik ke topik. Jadi hari itu senin kalo nggak salah, Abi jemput ke rumah pagi. Tujuan pertama dan utamanya adalah ke air terjun atau curug Bangunsari. Ini nggak begitu jauh sih dari rumah. Waktu itu, hujan udah beberapa lama nggak turun. Pas berangkat, Abi udah was-was kalo air terjunnya nggak ada airnya alias mengering. Dan ternyata, begitu sampai lokasi debit air di curugnya itu emang kecil sih. Tapi, sensasi like a private-nya juara, karena awalnya emang nggak ada siapa-siapa selain kami di sana.


Cuma sayang, di tempat sesunyi ini sampah-sampah dari pengunjung nggak bertanggung jawab sebelumnya udah cukup banyak bergentayangan. Memang belum ada fasilitas tempat sampahnya sih di lokasi. Tapi, lebih parahnya lagi kok waktu itu saya nggak kepikiran buat jumputin sampah-sampah plastik itu meski cuma semampunya.

Santai meski ngga di pantai.

Kata Abi yang udah pernah ke sana dan kebetulan pas airnya deras, jalan di situ bakal horor karena di belakang saya itu ada juntaian air terjunnya lagi. Cek ig @abishenaa buat yang mau lihat air terjun versi maksimalnya.
Setelah beberapa lama, pengunjung lain mulai berdatangan. Dan karena Abi udah selesai ambil foto yang dia perlukan, akhirnya kita cabut. Oya, ke air terjun ini cuma perlu bayar parkir, kalau nggak salah 3k buat sepeda motor dan 5k kalau mobil. Buat masuk ke lokasi gratis dan nggak perlu tracking jauh apalagi susah.

Keluar dari obyek pertama, secara spontan kami memutuskan buat mampir ke candi Risan. Lokasinya cukup dekat dari curug Bangunsari tadi. Sama kayak obyek sebelumnya, masuk ke obyek ini juga tanpa perlu bayar tiket. Parkirnya juga nggak bayar, waktu itu.

Kondisi candinya udah nggak kayak candi, tapi tumpukan batu.
Konon, candi Risan itu candi Budha karena ada stupa di sana. Katanya juga, candi ini lebih tua daripada candi Prambanan dan merupakan candi terbesar yang ditemukan di Gunungkidul. Tapi, nggak tahu deh candi ini bakal bisa bertahan sampai berapa lama lagi karena material batu candinya dari batu putih yang gampang hancur. Kondisinya memprihatinkan karena agaknya meski udah dikelola sama pemerintah, tapi candi ini belum ditangani secara maksimal.

  

Kami cuma sebentar di candi, setelah keliling kami mlipir ke tempat yang teduh. Di sebelah candi ada sepetak padang rumput hijau yang dinaungi pohon yang daunnya coklat ala-ala gitu. Ditemani angin sepoi-sepoi, jadi super betah.

Tenang, hapenya nggak nyolok mata kok.
Lanjut ke destinasi berikutnya. Sawah daerah Ponjong. Iya. Ke sawah. Daerah Ponjong emang areal sawahnya luas. Di sepanjang jalan, kanan kiri mayoritas sawah sawah gitu. Setelah nemu sawah yang dicari Abi, yang nggak tahu kriterianya apaan, akhirnya kami berhenti. Parkirin motor pinggir jalan yang tentunya bisa dipantau mata. Setelahnya kami jalan di pematang sawah. Panas banget sih, tapi seru. Cuma rada horornya kalau-kalau tiba-tiba ada penampakan ular, tapi untungnya aman.

Ijo.
Ala-ala di padang ilalang.
Ya gitu dah.
Setelah keperluan Abi beres, kami istirahat sebentar di dangau pinggir sawah, bukan dangau yang di foto atas. Lebih tepatnya istirahat sambil mikir mau makan di mana, karena itu tengah hari dan kami udah super kelaparan. Selain banyak sawah, di sini juga banyak pemancingan dan tempat makan ikan-ikanan. Kebanyakan, warung-warung makan di sini menawarkan sajian ikan dengan konsep warung tradisional berpemandangan hamparan sawah gitu.

Warung makan ikan Ghana.
The struggle is real.
Makan sama fotografer yang lagi tugas perlu perjuangan ternyata.


Kelar makan, bingung mau kemana lagi. Abi cuma jalan terus sampai akhirnya dia memutuskan belok di telaga Jonge. Cukup jauh dari Ponjong tadi. Obyek satu ini masuk ke daerah Semanu.

Langsung jatuh cinta sama pepohonannya.
Berasa di negeri dongeng.
Kan?

Too excited buat lompat-lompat ampe si Abi capek ngatur kamera buat fotoin.
Kayak yang udah disebut tadi, nama obyeknya ini telaga Jonge. Masuk ke sini nggak perlu bayar apa-apa selain parkir dan kalau mau jajan-jajan soalnya disekitaran pinggir telaga ada warung-warung kecil yang jual kopi atau makanan ringan dan banyak juga pedagang keliling mulai dari bakso bakar, siomay, dll yang mangkal di situ.

Dari lokasi parkir cuma perlu jalan kaki dikit buat mencapai semacam gerbang masuk kawasan telaga ini. Oya, sebenarnya nggak harus jalan kaki sih di sini, motor atau mobil bisa dibawa masuk buat keliling-keliling atau kalau sekadar mau parkir di area dalem. Tapi tentu aja bakal lebih asik kalo keliling telaga dengan jalan kaki karena ada jalan setapak dari tatanan bebatuan yang kanan kirinya berdiri pohon-pohon gede yang keren banget kayak foto di atas.


Lokasinya cocok banget buat santai-santai kalau sore. Tapi nggak hanya nyantai, ngemil-ngemil sambil liat pemandangan, dan foto-foto aja, soalnya di sini ternyata ada wahana flying fox-nya juga tapi karena taunya telat dan udah kesorean jadinya nggak sempat cobain. Bisa juga sih naik kapal rame-rame keliling telaga. Sayangnya kurang tau ongkosnya berapaan.



Di sini emang banyak ornamen beginian.
Dan dari sekian itu satu-satunya yang dipilih Abi buat difoto adalah ini. Hehe, Bii...

Kirain yang paling keren dari obyek ini itu pepohonannya tadi. Ternyata, pas udah makin sore dan udah jalan kaki sampai di seberang sisi barisan pohon-pohon tadi, kami nemu pemandangan kayak gini.



Sebelumnya, saya udah pernah ke Jonge sewaktu SMP. Namun, saya baru tau kalau Jonge punya sunset spot semanis ini bulan lalu. Bertahun-tahun kemudian setelah kali pertama saya ke telaga ini. Alhasil, kemarin-kemarin kalau denger Jonge pasti pikirannya sempit. Halah, begituan doang.



"Mulai sekarang inget-inget, Wik. Tau itu beda sama kenal. Mungkin kamu tau, tapi besar kemungkinan kamu nggak kenal. Dan kalau nggak kenal itu berarti nggak tau apa-apa. Stop judging."

Just keep walk and write.

Dahhh!


p.s. most of photos above belong to Abishena B. Argarinjani (@abishenaa)

No comments:

Post a Comment

THEME BY RUMAH ES