Thursday, 15 May 2014

Mei di Jawa Tengah, Terimakasih



PEKSIMIDA Jateng di UMP, 10 Mei 2014

Mei bergerak cepat. Rasanya April masih berkutat di hari-hari tuanya saat saya tidak sengaja membaca pengumuman tentang seleksi seni tingkat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bagi yang lolos seleksi tersebut nantinya berhak mewakili kampus ke PEKSIMIDA Jawa Tengah 2014. Pekan Seni Mahasiswa adalah agenda yang rutin digelar setiap dua tahun sekali. Untuk daerah Jawa Tengah tahun ini bakal digelar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


Singkat cerita, saya minta surat pengantar dari fakultas, mengumpulkannya di bagian kemahasiswaan univ, menghadiri TM, dan pada Senin, 5 Mei 2014 saya ikut seleksi tangkai penulisan cerpen. Hari itu saya izin kuliah.

Molor satu jam dari kesepakatan bersama. Seleksi baru dimulai pukul sembilan pagi di ruang sidang Biro Mawa UNS. Hari itu seleksi digelar untuk tiga tangkai sekaligus; tangkai penulisan lakon, puisi, dan cerpen. Untuk penulisan lakon, tema langsung mengacu pada tema PEKSIMINAS XII, sementara tangkai penulisan puisi dan cerpen baru diumumkan ketika itu juga. Dua puluh menit kemudian setelah tema diumumkan saya baru mulai bergerak menulis. Dan kemudian menamatkan cerita tersebut sekitar pukul satu siang. Setengah jam berikutnya saya gunakan untuk membaca ulang dan mengedit.

Hari itu saya tidak pulang ke kos. Di sepanjang jalan Jogja-Solo saya tidak bisa berpikir optimis.Saingan saya adalah para senior. Sebagian saya tahu sebab mereka adalah kakak tingkat saya sendiri yang cerpennya sudah saya baca dibeberapa media. Bukannya apa-apa, saya hanya mencoba sadar diri.

Tanggal 7 Mei 2014, 15:04:53 sebuah sms dari panitia seleksi masuk, mengabarkan kalau saya menjadi salah satu dari dua orang yang pada 8 Mei diundang rapat persiapan PEKSIMIDA ke UMP Purwokerto. Saat kabar tidak terduga itu masuk ke hape, saya masih terlelap di kamar kos. Terjaga sekitar satu jam kemudian dengan perasaan yang bermacam rupa.

Tim tangkai baca puisi dan penulisan karya sastra UNS yang dikirim ke Purwokerto ada 9 orang. Empat orang untuk tangkai baca puisi (dua putra satu putri), masing-masing dua orang untuk tangkai penulisan puisi dan cerpen, serta seorang wakil untuk tangkai penulisan lakon. Di antara teman-teman rombongan, saya satu-satunya angkatan 2013. Tidak ada yang bisa saya panggil Dek. Semuanya Mas atau Mbak. Saya tidak memungkiri, bahwa mendapati kenyataan itu kepercayaan diri saya ciut juga. Semua yang berangkat ke Purwokerto ini adalah orang hebat dan jauh lebih berpengalaman dari saya.

Jumat siang, 9 Mei kami berangkat dari Solo menuju Purwokerto menggunakan mobil dari pusat. Perjalanan jauh, melelahkan, yang kelak tidak saya sesali sama sekali.

Mobil UNS, difoto dari lantai dua hotel UMP

Kami tiba di kota yang punya logat bicara khas sekitar pukul sebelas malam. Rombongan meluncur ke UMP terlebih dahulu sebelum ke hotel UMP.

Paginya, 10 Mei kami kembali ke UMP. Melakukan registrasi, mengikuti pembukaan (saya suka saat seluruh peserta dan panita bersama-sama berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan; Indonesia Raya), menulis cerpen, pulang ke hotel sebentar (tanpa tim baca puisi), makan di Oramen, samping hotel, dan balik lagi ke UMP.

Souvenir dari PEKSIMIDA Jateng 2014 :3

Langit sudah gelap saat kami kembali ke UMP. Lomba tangkai baca puisi masih belum selesai, jadi kami berempat mengungsi ke lapangan depan masjid UMP. Untuk apa? Hal paling klise sedunia tentunya, hehe.

Mbak Muthia, Mbak Dinari, Mbak Titi, dan Wiku

Penutupan PEKSIMIDA baru bisa digelar sekitar pukul sebelas malam. Molor dari jadwal, tentu saja. Bahkan selama menunggu di auditorium UMP saya sampai pegal duduk tidur di atas kursi. Acara ditutup dengan pengumuman pemenang masing-masing tangkai lomba, sekaligus siapa saja yang berhak mewakili Jawa Tengah ke ajang PEKSIMINAS XII di Kalimantan mendatang.

Ketika itu Mbak Dinari bertanya pada saya apakah saya deg-degan karena seorang juri cerpen sesaat lagi akan mengumumkan pemenangnya. Saya menggeleng. Jantung saya berdetak normal. Saya tidak merasakan apa-apa kecuali hampa, dan bersiap kecewa karena saya pasti akan mengecewakan orangtua saya di rumah. Lagi-lagi bukannya apa-apa. Saya hanya merasa sudah tahu hasil untuk diri saya sendiri. Saya mustahil menang. Saya bukannya pesimis, tapi saya paham betul apa yang saya tulis tadi siang di salah satu ruang perkuliahan fakultas teknik UMP (kalau tidak salah) yang pendingin ruangnya berjalan kurang baik.

Untuk tangkai lomba baca puisi dan penulisan karya sastra, Universitas Sebelas Maret Surakarta berhasil memboyong tiga kategori, yaitu juara pertama tangkai penulisan puisi [Mbak Dinari, selamat, ke Kalimantan, lipatkan sungai paling romantis di sana ya :D], juara tiga tangkai penulisan cerpen [Mbak Titi, selamat, semangat selalu nulisnya, lempar gratis satu teenlitmu dong Mbak, penasaran :p], dan terakhir juara tiga tangkai baca puisi putri [Mbak Dias, selamat, saya selalu kagum dengan orang-orang yang pandai membaca puisi].

Saya tidak salah mengenai perasaan saya. Lantas, apakah saya kecewa? Tentu saja saya kecewa karena saya tidak pulang membawa piala, namun sebenarnya saya lebih kecewa karena tidak bisa melakukan yang terbaik.

Pada akhirnya, saya paham kalau itu belum rejeki saya. PEKSIMIDA Jawa Tengah 2016? Siapa Tahu?



Saya tahu jalan saya masih sangat panjang.





Rumah yang selalu menyenangkan,
awan kelabu menggantung,
nyaris hujan.


Kamis, 15 Mei 2014




2 comments:

  1. udah jadi perwakilan kampus aja udah bikin bangga orang tua kok :) tetep semangat!

    ReplyDelete
  2. ah iya.. terimakasih ya :)

    ReplyDelete

THEME BY RUMAH ES