Wednesday, 18 July 2018

Perpisahan yang Menyenangkan



Meski sudah berkali-kali menemui perpisahan, saya baru sadar bahwa sampai mati nanti manusia akan senantiasa menghadapinya. Orang datang dan pergi sewaktu-waktu, sampai terkadang kita tidak sadar jika hal-hal mewujud sesuatu yang terjadi untuk terakhir kalinya.

Sapaan terakhir. Gelak tawa terakhir. Makan siang terakhir. Berboncengan sepeda motor terakhir. Piknik terakhir. Tangis terakhir. Percakapan terkahir. Perdebatan terakhir. Pertemuan terakhir. Dan banyak kebiasaan lain yang mengukir kerinduan tanpa akhir.

Sewaktu memutuskan untuk mengakhiri masa indekos di Solo beberapa bulan lalu, saya tidak benar-benar paham apa yang sedang saya jelang. Tatkala mengemas barang lalu berpamitan ke teman satu indekos, hari esok yang saya bayangkan masih serupa hari kemarin. Saat melambaikan tangan ke teman yang mengantar sampai pagar, keresahan perlahan menjamah. Dan akhirnya, air mata mengalir dalam diam di perjalanan menuju pulang. Pesan perpisahan yang muncul di layar ponsel dari teman saya tadi barulah seutuhnya menyadarkan sekaligus menyesakkan.

Beberapa hari lalu, giliran saya dipamiti oleh seseorang. Percayalah, pamit atau dipamiti sama tidak mudahnya. Meninggalkan atau ditinggalkan sama sulitnya. Lalu, apakah ada perpisahan yang menyenangkan?

Setidaknya kita masih sempat berpamitan dan saling mengucap salam perpisahan. Ada berbagai macam bentuk perpisahan dan tidak semua orang memiliki kesempatan atau keberanian untuk menghadapinya dengan baik dan dalam keadaan baik.

Saya senang kita bertemu secara baik, berpisah dengan baik, dan di kemudian hari akan bertemu dalam nasib yang lebih baik.

years from now, I hope we are still in each others lives
see you when I see you
the sooner the better




No comments:

Post a Comment

THEME BY RUMAH ES